Merangkul Perbedaan: Perjalanan Siblings’ dalam Mendukung Saudara dengan Autisme
Menjadi saudara (siblings’) dari individu dengan Autisme adalah perjalanan emosional yang penuh warna. Tantangan dan kebahagiaan datang silih berganti, menciptakan dinamika unik dalam keluarga. Banyak siblings’ yang harus beradaptasi dengan situasi yang tidak dialami anak-anak lain pada umumnya. Namun, dari perjalanan ini, mereka belajar makna sejati tentang kesabaran, kasih sayang, dan penerimaan tanpa syarat.
Perjalanan yang tidak selalu mudah
Menjadi siblings’ dari individu dengan Autisme bukanlah hal yang mudah. Sejak kecil, banyak siblings harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perhatian orang tua yang terbagi hingga dinamika sosial yang kompleks. Kebingungan, kecemasan, bahkan frustrasi kerap menyertai.
Sebagian besar siblings’ mungkin pernah bertanya, “Apakah saudaraku akan sembuh suatu hari nanti?” Namun, seiring waktu, siblings’ menyadari bahwa yang terpenting bukanlah mengubah saudara mereka, melainkan belajar untuk beradaptasi dan memahami.
Dalam beberapa kasus, siblings’ mungkin merasa diabaikan karena orang tua lebih fokus pada kebutuhan anak dengan Autisme. Ada pula rasa khawatir akan masa depan saudaranya, terutama saat orang tua sudah tidak bisa mendampingi. Namun, dari pengalaman tersebut, siblings’ tumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar, penuh empati, dan tangguh.
Di balik tantangan yang ada, selalu terselip kebanggaan dan kebahagiaan saat melihat saudara mereka berkembang. Momen sederhana seperti melihat saudara mereka menguasai keterampilan baru atau berhasil melakukan sesuatu yang sebelumnya sulit adalah hadiah tak ternilai.
Menjalin hubungan
Hubungan antara siblings’ dan individu dengan Autisme sering kali diwarnai dengan tantangan komunikasi dan pemahaman yang berbeda. Beberapa individu dengan Autisme mungkin kesulitan mengekspresikan emosi mereka, sementara siblings ingin membangun ikatan yang lebih erat.
Banyak siblings’ menemukan cara kreatif untuk berinteraksi dengan saudara mereka, seperti melalui seni, musik, bermain game, atau menjelajahi alam bersama. Dengan memahami dan menghormati cara saudara mereka berkomunikasi, siblings’ dapat menciptakan hubungan yang lebih erat dan bermakna.
Siblings sebagai juru bicara
Seiring bertambahnya usia, banyak siblings’ merasa memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mendukung saudaranya yang menyandang Autisme. Mereka tidak hanya membantu dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga menjadi jembatan antara saudaranya dan dunia luar.
Siblings’ berperan dalam mengedukasi masyarakat bahwa Autisme bukanlah hambatan, melainkan bagian dari keberagaman yang harus diterima. Dukungan bisa diwujudkan dalam berbagai cara, bahkan sesederhana menjelaskan kondisi saudara mereka kepada orang lain.
Misalnya, dalam sebuah pengalaman, seorang kakak dan adiknya yang memiliki Autisme sedang mencari tempat makan di pusat perbelanjaan. Karena semua restoran penuh, adiknya mulai gelisah dan melempar sandal hingga jatuh ke eskalator. Orang-orang di sekitar menatap dengan heran dan bertanya, “Kenapa dengan adiknya?” Sang kakak, tanpa panik atau malu, menjawab dengan tenang, “Dia sedang marah.” Jawaban sederhana ini menjadi momen edukasi bagi masyarakat tentang ekspresi emosi individu dengan Autisme.
Siblings sebagai Role Model
Siblings’ mempengaruhi kemampuan sosial anak dengan Autisme[1], sehingga bisa menjadi sosok yang mengajak adik atau kakaknya bermain maupun berinteraksi. Siblings’ menjadi miniatur pergaulan sosial untuk saudaranya.
Pelibatan siblings’ dalam perkembangan individu dengan Autisme memang penting. Siblings’ memiliki banyak peran yang bisa dimainkan: bisa sebagai instruktur ataupun role model bagi saudaranya[2]. Seperti salah satu siblings’ yang kerap mengajarkan bagaimana berkomunikasi yang efektif dan tepat.
Merangkul perbedaan dengan cinta dan pemahaman
Menerima kenyataan bahwa saudara mereka menyandang Autisme memang bukan hal yang mudah bagi siblings. Namun, dari perjalanan ini, mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, penuh kasih, dan lebih memahami makna sejati dari keluarga.
Pada akhirnya, cinta tidak selalu harus diungkapkan dengan kata-kata. Tindakan kecil sehari-hari, kesabaran, dan dukungan yang tulus adalah bentuk kasih sayang yang lebih bermakna. Dan dari pengalaman inilah, siblings’ belajar pelajaran hidup yang tak ternilai harganya.
Referensi
[1] Ben-Itzchak, E., Nachshon, N., & Zachor, D. A. (2018). Having Siblings is Associated with Better Social Functioning in Autism Spectrum Disorder. Journal of Abnormal Child Psychology, 47(5), 921–931. https://doi.org/10.1007/s10802-018-0473-z
[2] Shivers, C. M., & Plavnick, J. B. (2014). Sibling Involvement in Interventions for Individuals with Autism Spectrum Disorders: A Systematic Review. Journal of Autism and Developmental Disorders, 45(3), 685–696. https://doi.org/10.1007/s10803-014-2222-7