|

Kisah Perjalanan Naomi: Merdeka Melalui Seni

Bagi individu dengan Autisme, seni merupakan bentuk kemerdekaan bagi mereka. Itu yang dirasakan oleh Ananda Naomi. Melalui bakat seninya, Naomi berupaya untuk mengkomunikasikan perasaannya. Ibu Maharani, yang merupakan dosen di sebuah perguruan tinggi, berupaya agar Naomi bebas berekspresi melalui seni.

Seni Sebagai Media Komunikasi

Naomi pertama kali menunjukkan ketertarikan pada seni saat ia berusia 2 tahun, sekitar akhir tahun 2018, ketika kami kembali ke Bandung. Momen itu sangat berkesan ketika saya melihat Naomi mencoret-coret keramik di lantai dengan spidol.

Meskipun menggambar di lantai tidaklah lazim, yang menarik perhatian saya adalah betapa cepatnya ia membersihkan coretan-coretan itu dengan tisu basah setelah selesai. Selain itu, ia juga menunjukkan kreativitasnya dengan menempelkan Play-Doh di dinding. Pada saat itu, Naomi mengalami keterlambatan bicara, tetapi ia sudah mulai berkomunikasi melalui gambar-gambar yang ia buat.

Kami sekeluarga mulai menyadari bahwa gambar-gambar Naomi memiliki bentuk yang menarik, mulai dari bentuk sederhana seperti matahari hingga gambar hewan dan objek lainnya. Melihat potensi ini, kami memberikan Naomi kertas untuk menggambar. Tanpa instruksi khusus, ia mulai menceritakan kisah melalui gambar-gambarnya.

Naomi sering menggambar hal-hal yang ia lihat, termasuk dari video-video di YouTube yang ia tonton. Setiap kali ia menggambar, saya bisa melihat kebahagiaan dan rasa bangga yang terpancar dari wajahnya. Terutama saat ia bernyanyi sambil menggambar, meskipun pada saat itu ia belum bisa berbicara dengan lancar.

Sebagai seorang ibu, saya merasa terdorong untuk mendokumentasikan setiap karya yang dihasilkan Naomi, sekecil apapun itu. Saya melihat bagaimana ia berusaha berkomunikasi dan mengekspresikan perasaannya melalui seni.

Seni menjadi sarana interaksi bagi kami. Misalnya, ketika Naomi merasa marah atau sedih, ia mengekspresikannya melalui gambar dengan menambahkan ekspresi tertentu seperti wajah yang sedih atau marah. Meskipun ia belum bisa berbicara dengan baik, Naomi menemukan cara untuk memberi tahu kami tentang apa yang ia rasakan dan pikirkan melalui seni visual ini.

Mencetak Karya Naomi

Seiring berjalannya waktu, bakat Naomi semakin terasah, terutama setelah menemukan tempat daycare di Bandung yang berbasis kreativitas. Daycare ini membantu Naomi mengembangkan kemampuan menggambarnya lebih jauh.

Meskipun kemampuan berbicaranya baru berkembang di usia 5 tahun dan masih terbatas pada dua atau tiga kata, Naomi menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Di usianya yang ke-9, Naomi terus mengembangkan kemampuannya dalam seni menggambar.

Saya masih ingat dengan jelas bagaimana saya pertama kali mendokumentasikan karya seni Naomi. Pada awalnya, ia sering kali langsung mengganti kertas setelah menggambar atau menghancurkan figur-figur lucu yang dia buat dari Play-Doh.

Menyadari hal ini, saya berinisiatif untuk ‘menyelamatkan’ karya-karya Naomi sebelum dihapus atau dihancurkan. Saya akan mengambil karya tersebut, baik itu gambar maupun Play-Doh, lalu mendokumentasikannya dengan memfoto atau menyimpannya. Untuk Play-Doh, saya bahkan mengoleskan kuteks bening agar figurnya awet, sehingga karya tersebut menjadi rekam jejak perjalanan kreatif Naomi.

Naomi kini lebih suka menggambar di Canva setelah melihat saya menggunakan aplikasi tersebut untuk membuat presentasi kuliah. Karena rasa penasaran, ia mulai mengeksplorasi Canva sendiri, menemukan ikon pensil, dan mulai menggambar secara digital.

Saya sangat terkesan dengan hasil karyanya di Canva, terutama pilihan warnanya yang cerah dan ekspresif serta garis-garisnya yang tegas. Sebagai seorang ibu dengan latar belakang desain, saya mencoba mencetak karya-karya Naomi ke berbagai produk seperti kaos, tumblr, dan tas. Melihat karyanya diaplikasikan ke produk-produk ini membuat Naomi sangat senang. Ekspresi wajahnya yang gembira menjadi motivasi utama bagi saya untuk terus mendukung bakat seni Naomi.

Memasarkan Karya Naomi

Kami bahkan mengikuti pendampingan usaha dari Kementerian Koperasi dan UKM, berkat informasi dari Yayasan MPATI. Dari awalnya seleksi 2.500-an peserta, Naomi dan saya berhasil lolos ke lima finalis setelah pendampingan intensif selama enam bulan. Karya-karya Naomi diapresiasi di Jakarta Convention Center (JCC) pada acara tahun lalu.

Sejak masih Taman Kanak-kanak (TK), Naomi telah mengikuti beberapa pameran. Pameran pertamanya diadakan di Picupacu, dan sejak saat itu, ia telah ikut pameran sekitar empat kali. Meskipun belum pernah mengadakan pameran tunggal, Naomi selalu menunjukkan ekspresi senang saat melihat karyanya dipamerkan. Dia langsung mengenali karyanya, mendekati dengan senyuman, dan bahkan menarik tangan saya untuk menunjukkan karyanya dengan bangga.

Melalui usaha-usaha seperti pameran dan akun Instagram, banyak kesempatan mulai terbuka bagi Naomi. Salah satunya adalah ketika Naomi diundang untuk mengikuti kelas menggambar dari Damakara, sebuah brand fashion di Bandung, yang khusus melatih keterampilan menggambar. Selama ini, Naomi menggambar hanya berdasarkan keinginannya sendiri tanpa ada bimbingan formal. Namun, dengan pelatihan ini, Naomi dapat lebih memahami teknik menggambar dan memperluas kemampuannya.

Namun, saya juga menyadari adanya tantangan terkait stigma dan kesalahpahaman di masyarakat. Saya pernah mengalami pengalaman pahit ketika karya Naomi dipertanyakan dalam sebuah acara. Ada yang menuduh saya mengeksploitasi anak. Ini sangat mengejutkan dan menyakitkan, karena niat saya murni untuk memberikan ruang bagi Naomi dan anak-anak lain dengan Autisme untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan bakat mereka.

Akan tetapi, melihat bagaimana Naomi mengenali dan bangga dengan karyanya sendiri adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Dengan seni sebagai alat komunikasi, saya percaya bahwa setiap anak memiliki jalan rezeki dan potensi yang luar biasa. Dalam setiap bazar yang kami ikuti, Naomi dengan bangga menjaga barang-barangnya dan melihat banyak orang datang untuk melihat karyanya.

Seni bukan hanya menjadi sarana ekspresi bagi anak-anak dengan Autisme, tetapi juga alat untuk mendobrak stigma dan membangun kesadaran di masyarakat. Kami berharap dengan dukungan dan pengertian, Naomi dan anak-anak lain dapat terus berkembang serta menunjukkan bakat mereka ke dunia.

Kisah Naomi ini dirangkum dari webinar berjudul Spesial Hari Kemerdekaan: Merdeka Melalui Karya yang dilaksanakan pada Sabtu, 17 Agustus 2024.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *