Tiga Peran Kakek dan Nenek dalam Mendukung Perkembangan Anak dengan Autisme
Kakek dan nenek memiliki peran yang penting dalam mendukung perkembangan anak dengan Autisme. Penerimaan mereka terhadap kondisi cucunya dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan sistem dukungan yang kuat. Kehadiran kakek dan nenek dalam kehidupan anak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
Kakek dan nenek dapat membantu orang tua dalam berbagai aspek. Namun, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi tingkat keterlibatan mereka dalam pengasuhan anak dengan Autisme. Artikel ini akan membahas faktor-faktor keterlibatan dan peran yang dapat dilakukan oleh kakek dan nenek.
Faktor keterlibatan
Di beberapa keluarga, kakek dan nenek sangat aktif mendukung anak dengan Autisme, sementara di keluarga lain, keterlibatan mereka mungkin lebih terbatas. Tingkat keterlibatan ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama[1]:
- Jarak tempat tinggal: Jarak antara rumah kakek dan nenek dan anaknya memengaruhi tingkat keterlibatan. Semakin dekat jarak, semakin mudah bagi kakek dan nenek untuk terlibat. Sebaliknya, jika lokasi mereka jauh, keterlibatan dapat terhambat oleh pertimbangan waktu dan biaya.
- Pemahaman tentang Autisme: Pengetahuan kakek dan nenek mengenai Autisme sangat berpengaruh. Jika mereka memiliki pemahaman yang memadai tentang kondisi cucunya, mereka dapat memberikan dukungan yang lebih aktif dan efektif.
- Ikatan dengan anak: Tingkat kedekatan emosional antara kakek dan nenek dan anaknya juga memengaruhi keterlibatan mereka. Ikatan yang kuat dapat meningkatkan dukungan yang diberikan.
Jenis dukungan yang diberikan
Kakek dan nenek dapat memberikan berbagai jenis dukungan kepada anak dengan Autisme. Berdasarkan literatur dan pengalaman praktis, terdapat tiga jenis dukungan utama yang mereka tawarkan:
Caregiver
Kakek dan nenek sering berperan sebagai sosok pengganti orang tua dalam merawat anak. Mereka sering menggantikan peran orang tua dalam berbagai hal, mulai dari membantu rutinitas harian hingga babysitting[2].
Kakek dan nenek juga berperan dalam merawat cucunya ketika sakit[3]. Kakek dan nenek sering menyediakan kendaraan untuk mengantarkan cucunya ke tempat terapi atau ke dokter[4].
Dukungan emosional dan finansial
Peran kakek dan nenek tidak terbatas sebagai caregiver. Mereka menyediakan dukungan emosional bagi cucu dan anaknya. Kakek dan nenek membantu mengurangi stres orang tua dan memastikan bahwa semua cucu, baik yang berkembang normal maupun yang berkebutuhan khusus, mendapatkan perhatian yang layak[5].
Tidak hanya itu, kakek dan nenek bisa menjadi sahabat yang baik bagi orang tua. Kakek dan nenek juga berfungsi sebagai teman yang mendengarkan, memberikan rasa stabilitas dan keberlanjutan bagi cucu dan anak[6].
Dukungan kakek dan nenek juga masuk ke ranah finansial. Kakek dan nenek sering kali memberikan sumbangan finansial, mendukung biaya terapi dan kebutuhan khusus lainnya[7]. Mereka mungkin juga memberikan uang saku atau membantu pengeluaran keluarga lainnya.
Advokat dan pendidik
Nenek, dengan insting keibuannya, sering kali lebih aktif dalam mendukung cucunya. Mereka dapat berperan sebagai pendidik, membantu mengajarkan cucunya sikap dan keterampilan penting.
Selain itu, nenek sering menjadi advokat bagi cucunya, berpartisipasi dalam pertemuan dengan terapis dan memastikan kebutuhan mereka terpenuhi, baik dalam perawatan maupun pendidikan[8].
Kesimpulan
Siapapun dapat berperan dalam mendukung perkembangan anak dengan Autisme, terutama keluarga besar. Peran kakek dan nenek sangat penting bagi anak dan cucunya, karena mereka dapat memberikan dukungan dalam berbagai aspek.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengkomunikasikan kondisi anak kepada keluarga besar, agar mereka dapat memberikan dukungan yang diperlukan. Dengan demikian, anak dengan Autisme dapat merasa lebih nyaman dan diterima dalam lingkungan keluarga.
Referensi
[1] Lee, M., & Gardner, J. E. (2010). Grandparents’ Involvement and Support in Families with Children with Disabilities. Educational Gerontology, 36(6), 467–499. https://doi.org/10.1080/03601270903212419
[2] Desiningrum, D. R. (2018). Grandparents’ roles and psychological well-being in the elderly: a correlational study in families with an autistic child. Enfermería Clínica, 28, 304–309. https://doi.org/10.1016/s1130-8621(18)30175-x
[3] Woodbridge, S., Buys, L., & Miller, E. (2011). ‘My grandchild has a disability’: Impact on grandparenting identity, roles and relationships. Journal of Aging Studies, 25(4), 355–363. https://doi.org/10.1016/j.jaging.2011.01.002
[4] Op.cit. Desiningrum, D. R. (2018)
[5] Op.cit. Lee, M., & Gardner, J. E. (2010)
[6] Ibid
[7] D’Astous, V., Wright, S. D., Wright, C. A., & Diener, M. L. (2013). Grandparents of grandchildren with Autism Spectrum Disorders: Influences on engagement. Journal of Intergenerational Relationships, 11(2), 134–147. https://doi.org/10.1080/15350770.2013.782744
[8] Sullivan, A., Winograd, G., Verkuilen, J., & Fish, M. C. (2012). Children on the autism spectrum: grandmother involvement and family functioning. Journal of Applied Research in Intellectual Disabilities, 25(5), 484–494. https://doi.org/10.1111/j.1468-3148.2012.00695.x