Tips Mencari Bakat Anak Autis Dalam Rangka Menyiapkan Kemandirian Finansial
Menyiapkan anak autis yang mulai memasuki usia dewasa menuju kemandirian finansial, tentunya merupakan suatu hal yang cukup menantang bagi para orang tua. Dimulai dari bagaimana menemukan bakat yang sesuai dengan minat anak, apa profesi yang paling sesuai dengan anak, bagaimana mengendalikan perasaan khawatir akan masa depan si anak, hingga bagaimana membangun perasaan ‘yakin’ bahwa si anak kelak mampu untuk mandiri secara finansial dengan bekal keterampilan dari bakat yang dimilikinya. Untuk dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan diatas, tentu saja diperlukan kerjasama antara orang tua, pendamping, guru dan para profesional.
Berbicara tentang bakat, tentunya akan selalu berkaitan dengan minat. Meskipun demikian, bakat dan minat adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya memiliki hubungan yang saling mendorong satu sama lain. Bakat dapat diartikan sebagai suatu keahlian atau potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir. Bakat yang dikembangkan sejak kecil dengan baik, dapat menjadikan seseorang profesional di bidangnya, dan sebaliknya. Sementara minat adalah perasaan tertarik seseorang terhadap sesuatu yang menimbulkan dorongan yang kuat untuk melakukannya. Minat tumbuh secara alamiah berdasarkan pengaruh lingkungannya. Contohnya: bakat anak menyanyi, sementara minat anak bisa berbeda (karena pengaruh lingkungan), pada lagu keroncong, jazz, pop, dangdut atau lainnya.
Pencarian bakat pada anak autis tentunya tidak dapat dilakukan secara instan, namun diperlukan penelusuran yang disertai dengan proses eksplorasi pada anak sejak dari usia kanak-kanak, hingga dapat ditemukannya potensi anak yang dapat dibanggakan. Berikut 8 tips untuk mencari bakat anak:
1. Pengamatan mendalam atau observasi sejak dini
Orangtua hendaknya peka terhadap apapun yang dilakukan oleh anak. Jangan hanya fokus pada nilai atau prestasi akademik saja, tapi fokuslah pada kelebihan anak, bukan pada kelemahannya.
Coba perhatikan secara detail kegiatan yang dilakukan anak sekalipun itu sepele :
- Apakah anak senang melakukannya?
- Apakah anak melakukannya dengan bagus?
- Apakah anak ingin mengulanginya lagi?
- Apa yang perlu dilakukan, supaya jadi lebih bagus ketika anak melakukan kegiatan ini?
Jika perlu, buatlah daftar kegiatan yang dilakukan anak dalam catatan khusus. Akan lebih baik jika ditambahkan kolom skor, dimana skor 10 untuk kegiatan yang paling sering dilakukan dan paling seru menurut anak.
2. Mengenali Kecerdasan Anak
Setelah melakukan pengamatan dan mendata beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak, kita juga perlu mengetahui jenis kecerdasan anak. Jenis kecerdasan ini mempengaruhi gaya belajar, menggambarkan minat, dan bisa jadi pertanda kekuatan dalam diri anak.
Untuk mendapatkan gambaran kecerdasan yang dimiliki anak, kita bisa menggunakan Teori Multiple Intelligence dari Howard Gardner, yang membagi kecerdasan ke dalam 8 jenis, yaitu; kecerdasan logika-matematika, kecerdasan tubuh (kinestetik), kecerdasan relasi (interpersonal), kecerdasan imaji (spasial), kecerdasaan musik, kecerdasan diri (intrapersonal), kecerdasan bahasa, dan kecerdasan alam.
3. Kemampuan Menyerap Ilmu
Coba perhatikan kecepatan belajar anak dalam memahami suatu pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan. Jika diajari sesuatu anak mudah memahami, cepat belajar dan hasil pekerjaannya memiliki kualitas baik, kemungkinan besar ia memiliki bakat dalam hal tersebut. Contohnya; apakah anak cepat memahami teknik memasak, membuat kue, atau program komputer.
4. Ciptakan Lingkungan Kondusif
Pada dasarnya setiap anak pasti memiliki bakat, dan bakat dapat diumpamakan sebagai benih. Benih jika dirawat, dipupuk dan diperhatikan oleh pemiliknya, ia akan tumbuh dan berbuah dengan baik. Maka tugas orang tua adalah menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman dan aman, sehingga rasa percaya diri dan potensi anak bisa muncul dan berkembang. Lingkungan yang kondusif dapat berupa rumah (tempat tinggal), sekolah, tempat pelatihan, tempat eksplorasi seluas-luasnya, program, fasilitas dan pengajar yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
5. Memberi Dorongan Positif
Terkait cara menemukan bakat anak, tentunya mereka sangat membutuhkan dorongan atau motivasi dari orangtua. Apalagi dengan anak-anak autis, dimana ketergantungan mereka kepada orang tua atau pendamping masih cukup tinggi. Orang tua selayaknya perlu memberikan dorongan dalam takaran yang tepat agar potensi anak dapat tumbuh secara optimal. Dorongan positif bisa berupa pujian, hadiah atas usaha anak, waktu berkualitas dengan anak, dan pendampingan selama proses anak bertumbuh. Apresiasi setiap kerja keras dan upaya anak dalam menghasilkan sesuatu.
6. Miliki Growth Mindset
Mindset adalah suatu hal yang penting dalam kesuksesan dan pertumbuhan seseorang. Anak autis sesungguhnya juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang baik secara mental, emosi dan fisik. Maka diperlukan bagi orang tua dan pendamping untuk memiliki mindset yang bertumbuh (growth) sehingga selaras dengan potensi yang dimiliki anak. Perlu dipahami bahwa setiap anak autis membutuhkan waktu, intensitas, cara dan metode masing-masing untuk memahami dan menguasai hal-hal baru, maka bersabarlah terhadap mereka dan hargailah setiap progres kecil atau besar yang mereka capai.
7. Konsisten
Konsistensi juga merupakan hal yang penting terkait dengan cara menemukan bakat anak. Anak-anak autis cenderung menyukai keteraturan, pengulangan dan konsistensi. Maka sebaiknya orang tua sudah memulai pencarian bakat dan pemberian stimulus pada bakat anak sedini mungkin, dan konsisten dalam menjalankan program yang sesuai dengan bakat anak. Sehingga, ketika ia memasuki usia dewasa, anak sudah cukup kompeten untuk berkarya sesuai minat dan bakatnya agar tercapai tujuan kemandirian secara finansial.
8. Mengikuti Tes Minat dan Bakat
Hasil tes bisa saja akurat atau juga meleset karena adanya faktor human error saat mengerjakan, misalnya: penggunaan alat tes yang kurang tepat, kondisi anak yang kurang memungkinkan, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, dll. Baiknya dilakukan pada usia 14 th keatas (usia SMP). Jadi, sebaiknya hasil tes kepribadian dan minat bakat ini hanya dijadikan rekomendasi dan salah satu acuan yang bisa dipertimbangkan dalam menentukan keahlian, ketrampilan, jurusan pendidikan atau profesi. Dan tes ini hanya sebagai rekomendasi, anak tidak akan meraih potensinya tanpa adanya usaha melalui hal-hal yang disebutkan sebelumnya.**
Penulis : Sari Andhayani, S.Psi
(Ibu dari Hugo ASD 18 tahun, mahasiswa Teknik Informatika Politeknik Negeri Jakarta, melalui jalur SBMPTN. Hugo mulai kelihatan tertarik dengan symbol sejak usia 3-4 tahun)