Perjalanan Dian Yulia, Ibu dari Remaja dengan Autisme
Nama saya Dian Yulia, ibu dari Satria, remaja dengan Autisme berusia 12 tahun.
Awalnya terasa berat bagi saya dan keluarga, menghadapi kenyataan bahwa anak kedua ini dipandang dan bertumbuh berbeda dengan anak pada umumnya. Terasa berat, lelah, dan jenuh menjalani rutinitas sehari-hari. Belum lagi menghadapi opini dan sikap penolakan dari warga sekitar (terutama teman sebayanya) terhadap Satria.
Namun sejak pandemi sekitar tahun 2019 akhir, saya telah bertemu dengan banyak komunitas secara virtual. Di dalam komunitas ini, saya dikelilingi oleh orang-orang dengan energi yang positif, yang saling memberi dukungan yang kuat. Saya telah merasakannya sendiri bahwa kebaikan itu menular.
Selama dua tahun lebih bersama Keluarga MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia), saya memahami masing-masing dari kami punya masalah yang sama beratnya. Namun, kami bahu-membahu untuk saling support dan saling menguatkan satu sama lain, tidak melulu mengeluh. Tak jarang ada gelak tawa dan canda saat berinteraksi di grup WhatsApp maupun saat bertatap muka.
Begitupun ketika saya sedang merasa lelah, tidak sanggup dan mulai mengeluh, mereka sama sekali tidak menghakimi. Tentunya saya merasa sangat senang, merasa dihargai, divalidasi karena didengarkan dan tidak diabaikan. Keluarga MPATI ini terdiri atas banyak sekali pihak dan orang tua yang sudah memiliki pengalaman perjuangan lebih dahulu dibandingkan saya, sehingga saya bisa menimba ilmu, bertukar pengalaman dan kekuatan, terutama seputar Autism Spectrum Disorder (ASD).
Saat ini, dengan izin Allah SWT
Saya merasa kaki sudah lebih kuat berpijak. Masa-masa sedih dan putus asa telah terlewati. Perasaan-perasaan itu berganti dengan perasaan semangat untuk terus belajar menjadi orang tua yang baik bagi Satria dan saudaranya yang lain. Saya juga berharap bisa menjadi penyemangat juga bagi orang tua dari anak dengan Autisme lainnya. Sangat besar keinginan untuk terus meneruskan obor kebaikan ini kepada orang tua dan keluarga MPATI lainnya di seluruh Indonesia.
Jadi, inilah hikmahnya
Mempunyai Satria dalam hidup akhirnya membuat saya sadar bahwa menjadi seorang Ibu itu ibadahnya Masya Allah begitu luar biasa. Betapa Ibu bisa menjadi rapuh namun juga kuat dan tangguh di saat bersamaan. Kekurangan Satria merupakan keistimewaan dari Allah SWT.
Berkat Satria, saya bisa belajar banyak mengenai Autisme, menjadi lebih membumi, lebih tidak muluk-muluk, dan bisa mengenai banyak mata rantai kebaikan. Ini adalah salah satu bukti sayangnya Allah SWT kepada saya dan Satria.
Pikiran dan hati saya saat ini lebih terbuka
Suatu saat saya akan menjadi tua. Kekuatan dan kemampuan tentunya akan berkurang seiring berjalannya waktu. Tetapi dengan ilmu yang saya dapatkan dari orang-orang hebat yang ditemui, Insya Allah saya optimis dan punya pengharapan bahwa kelak Satria akan bisa hidup mandiri, dan berkegiatan seperti orang pada umumnya, dengan segala keunikan yang dia miliki.
Semoga Allah meridhoi ikhtiar ini. Aamiin.
#BeKindBeStrong always with MPATI.
Penulis adalah Dian Yulia, Ibu dari remaja dengan Autisme dan Program Coordinator Yayasan MPATI