Olahraga menjadi salah satu bentuk terapi yang disarankan bagi anak-anak dengan autisme. Anak-anak ini biasanya menunjukkan masalah koordinasi motorik kasar dan halus. Olahraga menjadi salah satu terapi yang dapat menanggulangi masalah tersebut. Selain sebagai bentuk terapi, ternyata olahraga dapat menjadi sarana penyaluran minat dan bakat, yang dapat menuaikan prestasi untuk anak-anak dengan autisme. Pelatihan “Tips Menggali Minat dan Bakat Anak Dengan Autisme Dalam Bidang Olahraga” telah diselenggarakan pada hari Sabtu 08 Desember 2018 di Pusat Layanan Autisme Jakarta, Cipayung-Jakarta Timur dengan narasumber Harison Sirait, selaku Guru renang yang sudah berpengalaman mengajarkan dan mendampingi anak-anak dengan Autisme. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk bersama mendiskusikan mengenai bagaimana mengarahkan olahraga selain sebagai bentuk terapi untuk anak-anak namun juga sebagai sarana pengembangan minat, bakat dan prestasi. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta : -Bagaimana cara orangtua mengetahui mengenai proses pengembangan prestasi (mengikuti kompetisi) ? Jawab : Orangtua perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai pihak-pihak yang menyelenggarakan pertandingan serta lingkup spesifik sebuah pertandingan, apakah bersifat internal, nasional, hingga internasional. - Strategi apa yang harus diterapkan pada anak-anak yang rigid ? Sebagai contoh, anak terbiasa menggunakan alat bantu renang dan tidak mau berlatih tanpa alat bantu renang tersebut. Jawab : guru atau terapis perlu perlahan-lahan memberikan pengertian pada anak. Proses membiasakan anak untuk menggunakan alat bantu renang, dan proses melepaskan anak dari kebiasaan menggunakan alat bantu renang adalah proses yang membutuhkan waktu dan tidak instan. Guru harus peka pada kemampuan dan kesiapan anak, kemudian berikan penjelasan sesuai dengan level pemahaman anak. Guru juga perlu tega dan tegas dalam meningkatkan keterampilan anak, agar mereka bisa berkembang lebih optimal. Pembelajaran dari pelatihan ini adalah bahwa anak dengan autisme menunjukkan karakteristik motorik halus dan kasar yang kurang baik. Mereka menunjukkan masalah keseimbangan, gerakan yang kaku, otot yang lemah, persepsi motorik yang kurang baik serta permasalahan pada koordinasi gerak. Penelitian menyatakan bahwa terdapat berbagai dampak positif dari olahraga pada anak dengan autisme, tidak hanya pada kemampuan motorik mereka namun juga konsentrasi, percaya diri, meminimalisir stress, hingga mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak.

Pelatihan Tips Menggali Minat dan Bakat Anak dengan Autisme Dalam Bidang Olahraga

Olahraga menjadi salah satu bentuk terapi yang disarankan bagi anak-anak dengan autisme. Anak-anak ini biasanya menunjukkan masalah koordinasi motorik kasar dan halus. Olahraga menjadi salah satu terapi yang dapat menanggulangi masalah tersebut. Selain sebagai bentuk terapi, ternyata olahraga dapat menjadi sarana penyaluran minat dan bakat, yang dapat menuaikan prestasi untuk anak-anak dengan autisme. Pelatihan “Tips Menggali Minat dan Bakat Anak Dengan Autisme Dalam Bidang Olahraga” telah diselenggarakan pada hari Sabtu 08 Desember 2018 di Pusat Layanan Autisme Jakarta, Cipayung-Jakarta Timur dengan narasumber Harison Sirait, selaku Guru renang yang sudah berpengalaman mengajarkan dan mendampingi anak-anak dengan Autisme. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk bersama mendiskusikan mengenai bagaimana mengarahkan olahraga selain sebagai bentuk terapi untuk anak-anak namun juga sebagai sarana pengembangan minat, bakat dan prestasi.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta :

-Bagaimana cara orangtua mengetahui mengenai proses pengembangan prestasi (mengikuti kompetisi) ?

Jawab : Orangtua perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai pihak-pihak yang menyelenggarakan pertandingan serta lingkup spesifik sebuah pertandingan, apakah bersifat internal, nasional, hingga internasional.

– Strategi apa yang harus diterapkan pada anak-anak yang rigid ? Sebagai contoh, anak terbiasa menggunakan alat bantu renang dan tidak mau berlatih tanpa alat bantu renang tersebut.

Jawab : guru atau terapis perlu perlahan-lahan memberikan pengertian pada anak. Proses membiasakan anak untuk menggunakan alat bantu renang, dan proses melepaskan anak dari kebiasaan menggunakan alat bantu renang adalah proses yang membutuhkan waktu dan tidak instan. Guru harus peka pada kemampuan dan kesiapan anak, kemudian berikan penjelasan sesuai dengan level pemahaman anak. Guru juga perlu tega dan tegas dalam meningkatkan keterampilan anak, agar mereka bisa berkembang lebih optimal.

Pembelajaran dari pelatihan ini adalah bahwa anak dengan autisme menunjukkan karakteristik motorik halus dan kasar yang kurang baik. Mereka menunjukkan masalah keseimbangan, gerakan yang kaku, otot yang lemah, persepsi motorik yang kurang baik serta permasalahan pada koordinasi gerak. Penelitian menyatakan bahwa terdapat berbagai dampak positif dari olahraga pada anak dengan autisme, tidak hanya pada kemampuan motorik mereka namun juga konsentrasi, percaya diri, meminimalisir stress, hingga mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *