• 0813-8074-1898
  • yayasanmpati@gmail.com
  • Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Dukungan
Mendampingi Individu dengan Autisme Transisi ke SMA

Mendampingi Individu dengan Autisme Transisi ke SMA

Orang tua yang memiliki anak dengan Autisme perlu memiliki banyak pertimbangan khusus dalam masa persiapan sekolah. Pada beberapa anak yang memiliki level intelegensi rata-rata hingga di atas rata-rata, serta tidak menunjukkan masalah perilaku, biasanya orang tua akan mengarahkan mereka untuk menempuh jalur pendidikan SMA. Dalam artikel ini, akan diulas beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak dengan Autisme dalam mempersiapkan transisi masuk ke SMA.

1. Memahami kekuatan anak

Beberapa orang tua mungkin masih ada yang belum bisa menjawab dengan baik bila ditanya “Apakah kekuatan anak Anda?”. Mereka mungkin akan kebingungan. Apakah ada kekuatan pada anak saya? Memang seringkali kita fokus dengan membandingkan anak dengan teman-teman sebayanya yang non-autistik/tipikal, dan membuat kita fokus pada kelemahan dan gejala gangguannya, daripada kekuatan yang dimiliki sang anak. Sebelum anak mau sekolah, ada baiknya kita melihat dan amati apa kekuatan anak kita. Beberapa kekuatan dan kelebihan sang anak seperti:

  • Perhatian yang baik
  • Ramah
  • Aktif
  • Kreatif
  • Rasa ingin tahu yang tinggi
  • Jujur
  • Dll

2. Perhatikan perubahan dan transisi yang terjadi

Beberapa perubahan yang biasanya terjadi pada anak dengan Autisme di masa SMA:

  • Perubahan aktivitas yang biasanya dilakukan
  • Perubahan waktu aktivitas yang mungkin lebih sering dilakukan sore hari
  • Perubahan cara belajar dari SMP menjadi SMA
  • Perubahan cara belajar dari tatap muka/offline menjadi daring/online, khususnya di masa pandemi Covid 19.
  • Lingkungan pertemanan dan lingkup sosial yang lebih kompleks

Memasuki lingkungan baru tentu akan menjadi tantangan sendiri bagi setiap individu untuk dapat beradaptasi. Namun pada remaja dengan Autisme, mereka biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama serta dukungan dan bimbingan dari lingkungannya untuk beradaptasi di tempat baru, sistem baru, dan rutinitas baru.

Dalam masa transisi atau perubahan, dukung dan persiapkan anak dengan baik di rumah. Sebagai contoh,

– perkenalkan anak pada foto-foto calon gurunya nanti di SMA, dan teman-teman sekelasnya. Ingatkan ananda perilaku apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan teman-teman sekelas maupun guru.

– Kenalkan anak dengan jadwal belajar baru

Pada masa SMA, individu dengan Autisme perlu mengatasi perubahan dan generalisasi seperti:

  • Mengenalkan jadwal belajar baru
  • Menjelaskan sesuatu dengan jelas di kelas
  • Berkenalan dengan orang baru di sekolah seperti para guru, teman-teman dan satpam

Baca Juga : Tantangan dari Keluarga Besar Anak dengan Autisme

3. Memahami hambatan dan tantangan yang dihadapi sang anak

Sebagai orang tua, penting untuk kita memahami proses adaptasi yang perlu dilewati oleh ananda saat masuk ke sekolah baru. Kesulitan dalam beradaptasi ini dapat muncul dalam bentuk :

– Kesulitan mengelola emosi

– Tidak mau masuk sekolah

– Mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran di kelas

– Kesulitan dalam fokus dalam kegiatan belajar mengajar

– Meningkatnya kecemasan anak dan berbagai faktor lain seperti kelelahan dapat menimbulkan perilaku bermasalah seperti munculnya repetitive behaviour atau perilaku berulang (stimming, berputar-putar di tempat, lompat-lompat), saat sebelumnya perilaku tersebut sudah minimal

Perlu diingat, setiap individu memiliki waktu yang berbeda-beda dalam memahami dan mengembangkan kemampuan pengendalian diri. Berikan waktu padanya untuk berlatih memperkuat keahlian diri. Bila perlu, berikan alat bantu.

Hambatan lain yang mungkin dapat menghambat anak adalah kemampuannya dalam berkomunikasi seperti:

  • Kesulitan untuk meminta bantuan
  • Belum nyaman dengan guru untuk berkomunikasi mengenai kesulitannya
  • Tidak paham dengan komunikasi non verbal seperti istilah slang, perumpamaan, simbol, dll. Hal ini akan mempengaruhi interaksinya dengan teman sebayanya di sekolah

 

Pada masa awal-awal, wajar apabila anak terlihat lebih cemas dan itu bisa mempengaruhi kemampuan komunikasi anak. Terlebih, anak biasanya lebih sulit untuk memahami komunikasi non verbal. Maka dari itu anak perlu peran aktif dari lingkungannya untuk memberikan dukungan. Sebagai contoh anak butuh waktu untuk menerima guru yang berbicara lantang sehari-harinya, karena selama ini anak terbiasa menganggap suara lantang sebagai orang yang sedang marah.

Contoh hambatan lainnya adalah adalah kemampuan sosial. Beberapa hambatan kemampuan sosial seperti:

  • Kesulitan memahami tanda-tanda sosial
  • Hambatan dalam berteman
  • Butuh waktu lebih lama dalam penyesuaian lingkungan
  • Tidak paham dalam aturan sosial implisit
  • Tindakan bully dari orang-orang sekitar

 

Sebaiknya sebelum terjun dalam dunia SMA, anak sudah dibekali dengan cara-cara menghadapi tantangan-tantangan ini. Berinteraksi sosial adalah kesulitan pertama individu dengan Autisme. Terus dampingi ananda, berikan bantuan saat dibutuhkan namun jangan memaksakan apabila memang tantangan tersebut diluar kemampuan dan kesiapan mereka.

0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *