Melebur Dengan Hati ke MPATI
Bulan Februari 2023 yang lalu, saya mendapatkan pesan melalui Whatsapp dari admin Yayasan MPATI. Sejujurnya, saya hampir lupa pernah memasukkan lamaran karena mengirimkannya sudah sekitar dua bulan sebelumnya. Saya kemudian mengecek kembali tentang Yayasan MPATI, yang merupakan kepanjangan dari Masyarakat Peduli Autis Indonesia. Wawancara berjalan lancar, dan sebelum kami mencapai kesepakatan di hari berikutnya, saya berjanji pada diri saya sendiri untuk dapat terlibat mendukung yayasan ini dalam cara apapun.
Jadi demikianlah awal mula saya bergabung bersama Yayasan MPATI yang sudah berdiri 25 tahun di Indonesia. Berbagai edukasi dan program untuk mendukung orangtua dan pendidik telah mereka lakukan. Oleh karena itu, mendapatkan kesempatan berharga ini bukan saja membuat saya menemukan keluarga baru, pengalaman baru, ilmu baru, tetapi juga saya mulai mengerti betapa rumit, sulit, menegangkan, dan luar biasanya kehidupan para orangtua anak dengan autisme.
Realita yang berlapis
Apa yang selama ini saya lihat tentang autisme ternyata hanya kulit luarnya saja. Kenyataannya ada banyak lapisan di dalamnya, yang jika ditelisik lebih dalam maka yang akan ditemukan adalah kerumitan. Sejujurnya, tidak semua orang dapat melewatinya dengan tetap waras.
Saya percaya bahwa setiap kita memiliki musim sulit masing-masing. Dalam berbagai ajaran agama dan ilmu pengembangan diri selalu ada penekanan bahwa jika kali ini kita sedang menghadapi sesuatu yang sulit, mungkin besok lebih mudah, atau sebaliknya. Namun, menyaksikan percakapan para orangtua di grup keluarga MPATI setiap harinya, saya seringkali bertanya-tanya: apakah musim sulit mereka suatu waktu nanti juga akan berakhir? Atau justru akan bertahan selamanya?
Menjadi bagian kecil dari Yayasan MPATI untuk mengedukasi tentang Autisme dan membantu lebih banyak orang selama lebih kurang dua bulan membuat saya lebih memahami hal yang selama ini tidak dapat dilihat sambil lalu. Salah satu hal yang paling nyata adalah bahwa ternyata ada banyak sekali orangtua dan pendidik yang luar biasa di luar sana yang dengan berbagai cara mencari jalan terbaik bagi anak maupun murid mereka agar dapat menjadi lebih baik. Ada di antara mereka, yang kita kenal maupun tidak, yang tanpa kita ketahui, diam-diam menitikkan air mata karena putus asa anaknya belum mendapatkan sekolah yang diharapkan. Di samping itu, yang lainnya mungkin sedang kebingungan mencari anaknya yang sudah dua jam lebih hilang entah kemana. Di tempat lain, ada yang kebingungan harus menyiapkan menu apa hari ini agar cocok bagi sang buah hati, sementara yang lainnya tengah berjibaku dengan tantrum.
Semua bisa membantu
Saya disadarkan bahwa sesungguhnya kita bisa melakukan sesuatu: untuk mulai memahami bahwa autis bukan bahan untuk bercanda, untuk mulai berbagi informasi yang penting khususnya bagi para orangtua dan untuk memberi tahu mereka bahwa mereka tidak sendiri. Kita bisa mengulurkan tangan dan menyodorkan pundak untuk mereka beristirahat sejenak. Mungkin hal ini tidak akan saya sadari jika saya tidak mendapatkan kesempatan untuk membantu di yayasan ini beberapa bulan lalu.
Slogan Be Kind and Be Strong yang sedang digaungkan MPATI saat ini juga menjadi pengingat yang baik bahwa sesungguhnya kita bisa menunjukkan sikap yang baik untuk membuat seseorang menjadi lebih kuat. Kiranya makin banyak orang yang berbagi kebaikan untuk mendorong yang lainnya agar lebih kuat, dan bukan sebaliknya.
“When enough people care about autism or diabetes or global warming, it helps everyone, even if only a tiny fraction actively participate.” — Seth Godin
Penulis adalah Yessica, Volunteer dari MPATI