Menangani Individu dengan Autisme pada Saat Masa Pubertas
|

Bagaimana Cara Menangani Individu dengan Autisme pada Saat Masa Pubertas?

Sebelum memulai pembahasan pada artikel ini, Anda perlu mengetahui definisi dari Autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan sistem saraf sejak anak berusia dini dan bertahan sampai dewasa. Individu dengan Autisme biasanya menunjukkan ciri-ciri seperti tidak ada kontak mata, hingga gangguan dalam komunikasi sosial. Pada beberapa kasus, Autisme juga sudah dapat terdiagnosa sejak usia 1 tahun, namun cenderung jarang terjadi. Pada beberapa kasus yang cenderung ringan, diagnosa Autisme bisa saja baru terdeteksi setelah individu tersebut dewasa. Hal ini biasanya terlihat dari kurangnya kemampuan individu dalam menjalin relasi sosial yang semakin kompleks, saat dewasa, yang cenderung tidak mengganggu sebelumnya.

Baca Juga : Tantangan dari Keluarga Besar Anak dengan Autisme

Bagi individu dengan Autisme, memahami perasaan dan pikiran orang lain bukan hal yang mudah dilakukan. Individu dengan Autisme sulit untuk membagikan ekspresi mereka kepada orang lain ataupun memahami ekspresi dari orang lain. Hal tersebut menyebabkan, timbulnya kesulitan pada individu dengan Autisme untuk menjalin pertemanan. Individu dengan Autisme juga cenderung memiliki ketertarikan dengan satu objek dan mereka bisa fokus terhadap objek tersebut selama berjam-jam. Dan mungkin suatu suara, sentuhan atau bau yang biasanya tampak normal bagi orang lain, dapat membuat individu dengan Autisme sangat tidak nyaman. Dengan mengetahui tanda dan ciri-ciri individu dengan Autisme sedini mungkin, kita perlu melakukan tindakan/intervensi sedini mungkin, tentunya dengan bantuan para ahli.

Bagi orang tua, perlu memberi pengetahuan sosial moral dan seksualitas sedini mungkin. Karena meskipun perilaku mereka cenderung kekanak-kanakan, atau kemampuan komunikasi mereka belum berkembang sesuai usia; tubuh mereka akan berkembang sesuai dengan usia kronologis/usia kalender mereka. Sebagai contoh, apabila kita melihat perilaku dan pemahaman anak sepertinya setara dengan usia mental anak 7 tahun, namun secara fisik ia akan tetap menunjukkan tanda-tanda pubertas seperti menstruasi, mimpi basah, hingga adanya kecenderungan untuk mencari kenikmatan secara seksual di usia remaja yaitu 10-12 tahun. Artinya sering kali perubahan-perubahan hormonal ini terjadi, tanpa diikuti pengetahuan mengenai apa yang benar dan salah pada anak.

Tanpa persiapan yang dimulai sejak dini, dikhawatirkan banyak isu yang akan muncul saat memasuki masa remaja nanti. Misalnya:

  • Masturbasi berlebihan tidak pada tempatnya
  • Mulai muncul hasrat untuk memuaskan kebutuhan seksualnya yang tidak diikuti oleh pemahaman apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang wajar dan tidak wajar
  • Mulai muncul ketertarikan terhadap lawan jenis yang tidak diikuti oleh pemahaman apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang wajar dan tidak wajar

Oleh karena itu, orang tua perlu waspada mengenai paparan sang anak terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan rangsangan, serta menerapkan aturan tegas seputar masturbasi seperti hanya boleh dilakukan di kamar/kamar mandi rumah yang tertutup, tidak boleh dilakukan di tempat umum karena malu.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi masturbasi anak diantaranya adalah dengan melibatkan anak pada berbagai kegiatan produktif, bersama keluarga, untuk menghindari anak lebih banyak menyendiri di kamar.

Terdapat 4 tahap yang harus dilakukan untuk mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak dengan Autisme:


3 Cara Menangani Individu dengan Autisme Saat Masa Pubertas

1. Mengajarkan kemandirian dasar sedini mungkin

Ajarkan ananda sejak dini untuk dapat mandi, BAB, BAK sendiri di kamar mandi. Saat anak masih dibantu oleh pengasuh di usia remaja, hal tersebut menjadi rentan untuk anak menjadi korban, maupun pelaku pelecehan. Saat mengajarkan, secara bertahap, latih anak untuk dapat berpakaian di dalam kamar mandi, sehingga ia terbiasa saat remaja, untuk sudah berpakaian saat keluar dari kamar mandi.

2. Pengenalan anggota tubuh

Sejak dini ajarkan ananda mengenai bagian tubuh pribadi, yang tidak boleh disentuh, dilihat, ataupun dibuka oleh orang lain, kecuali orang-orang tertentu (misal, ibu dan dokter). Hal ini dapat menjadi bekal anak untuk melindungi dirinya dari pelaku pelecehan. Jangan lupa untuk menggunakan istilah yang tepat seperti penis dan vagina, agar tidak membingungkan. Saat menjelaskan, gunakan bahasa yang santai dan tidak kaku.

3. Pengenalan lingkaran sosial

Lingkaran sosial mengajarkan anak mengenai siapa saja yang ada di lingkungan sekitarnya, mulai dari dirinya, keluarga inti, keluarga besar, teman, tetangga, hingga kerabat jauh. Dengan lingkaran ini kita dapat mengajarkan pada sang anak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tata cara berperilaku dengan anggota dari masing-masing lingkaran. Misalkan, dengan keluarga besar tidak boleh pangku, peluk, cium apalagi  membuka pakaian; dengan teman di sekolah boleh bersalaman, bermain bersama namun tidak boleh peluk dan cium; dan lain sebagainya.

 

Sebaiknya memang keterampilan-keterampilan penunjang ini disiapkan sedini mungkin sebelum ananda memasuki usia remaja. Namun tidak ada kata terlambat, yuk kita coba terapkan tips-tips di atas untuk mempersiapkan ananda memasuki masa remaja yang mandiri!

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *