Autisme: 7 Ciri dan 6 Terapi yang Bisa Dilakukan Orang tua
Autisme merupakan gangguan perkembangan anak yang berdampak pada aspek komunikasi, perilaku, dan kemampuan sosial anak. Pada umumnya, ciri-ciri Autisme dapat dilihat pada usia sebelum tiga tahun.
7 Ciri-ciri Autisme
Ada tujuh ciri Autisme yang mesti kita ketahui bersama, yaitu:
-
Cenderung tidak punya ketertarikan untuk main bersama
Secara umum, anak suka bermain bersama teman-temannya. Itu adalah sikap yang lumrah kita lihat pada anak-anak. Akan tetapi, anak dengan Autisme justru tidak tertarik untuk bermain bersama anak lainnya. Anak dengan Autisme lebih suka menyendiri, meskipun ada banyak orang di sekelilingnya. Anak dengan Autisme sibuk dengan dunianya sendiri.
-
Cenderung tidak menunjuk hal yang mereka sukai
Ketika anak tertarik pada sesuatu, anak akan menunjuk dengan jarinya. Namun, berbeda dengan anak dengan Autisme; mereka tidak menunjuk, walaupun mungkin anak dengan Autisme menyukai sesuatu.
-
Cenderung tidak meniru ucapan dan gerakan
Biasanya, anak-anak belajar sesuatu dengan menirukan ucapan atau gerakan orang-orang di sekitarnya. Anak dengan Autisme tidak melakukan hal itu. Mereka lebih sibuk dengan dunianya sendiri.Â
-
Cenderung kurang mampu bermain pura-pura
Seharusnya, anak suka bermain pura-pura: pura-pura menelepon, pura-pura jadi dokter, dan lain sebagainya. Tetapi, anak dengan Autisme tidak melakukan itu. Anak dengan Autisme tidak tertarik bermain pura-pura.
-
Cenderung tidak bereaksi saat dipanggil
Anak dengan Autisme cenderung cuek saat ada orang memanggilnya. Anak dengan Autisme bahkan tidak membalas sahutan ataupun sekadar menganggukkan kepala.Â
-
Cenderung tidak melakukan kontak mata
Kalau ada anak yang tidak menatap mata lawan bicaranya antara 1–2 detik, anak tersebut memiliki ciri Autisme. Hal ini karena, pada umumnya, anak akan menatap mata lawan bicara, walaupun hanya sebentar.
-
Cenderung tidak melihat apa yang ditunjuk
Anak dengan Autisme juga tidak melihat apa yang ditunjuk orang lain karena anak sibuk dengan dunianya sendiri. Ini berbeda dengan anak tipikal yang secara refleks akan melihat apa yang ditunjuk orang lain.
Terapi yang Bisa Dilakukan
Apabila Ananda memiliki dua dari tujuh karakteristik, Keluarga MPATI harus konsultasi kepada ahli supaya mendapatkan diagnosa yang lebih jelas. Ketika anak sudah mendapatkan diagnosa yang jelas, Anak harus melakukan berbagai terapi agar bisa berkembang dengan maksimal. Setiap anak punya kebutuhan terapi yang berbeda-beda. Secara umum, ada banyak terapi yang bisa dilakukan oleh Keluarga MPATI, yaitu:
-
Terapi perilakuÂ
Terapi perilaku adalah pendekatan terapi yang terfokus pada perubahan perilaku. Terapi ini berupaya mengajarkan anak keterampilan baru dan memperkuat perilaku positif anak. Selain itu, tujuan terapi perilaku lainnya adalah mengurangi perilaku yang menyakiti.
Cara kerja terapi perilaku adalah dengan mengamati perilaku anak yang ingin ditingkatkan, misalnya keterampilan berbicara ataupun keterampilan lainnya. Terapis akan melakukan analisis soal penyebab yang mempengaruhi perilaku anak tersebut.
Salah satu prinsip utama dalam terapi perilaku adalah menerapkan prinsip imbalan dan hukuman. Imbalan di sini tidak harus berupa hadiah. Bisa juga berupa pujian atau membolehkan anak melakukan aktivitas tertentu. Sedangkan hukuman tidak memberatkan anak, selama prinsipnya mendidik.Â
-
Terapi okupasi
Terapi okupasi berperan untuk membantu anak meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus. Supaya mereka bisa melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, berpakaian, dan lain-lain. Intinya, terapi okupasi membantu anak agar bisa berfungsi dalam kehidupan.
Ada beberapa pendekatan dalam terapi okupasi, misalnya dengan terapi bermain, terapi sensori integrasi, dan dukungan visual. Seperti pada terapi umumnya, sebelum melakukan terapi okupasi, terapis akan menilai secara detail kemampuan anak. Setelah dinilai, terapis akan membuat rencana terapi sesuai kondisi anak.Â
-
Terapi wicaraÂ
Terkadang, anak dengan Autisme mengalami penurunan dalam kemampuan bicara, atau kemampuan bicaranya kurang. Karena itu, anak membutuhkan terapi untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya.
Terapi wicara menyelesaikan tantangan seperti kemampuan komunikasi, kemampuan identifikasi komunikasi nonverbal, kemampuan bertanya dan menjawab, dan lain sebagainya. Singkatnya, ketika konsisten menerapkan program terapi wicara di rumah dan di tempat terapi, kemampuan bicara anak bisa meningkat.
-
Terapi bermain
Terapi bermain adalah pendekatan terapeutik yang menggunakan bermain sebagai alat utama untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, emosional, kognitif, dan motorik.Â
Ada empat manfaat melakukan terapi bermain:
- Terapi bermain berupaya membuka ruang kepada anak agar bisa mengekspresikan dirinya nyaman.Â
- Terapi bermain membantu anak bermain sesuai minatnya.Â
- Terapi bermain bisa membuat anak merasakan cara berinteraksi yang beragam.
- Terapi bermain dapat membantu anak mengekspresikan perasaannya, lingkungannya, dan hubungannya dengan keluarganya.
-
Terapi sosialÂ
Terapi ini dirancang khusus bagi anak dengan Autisme agar bisa meningkatkan keterampilan sosialnya, sehingga bisa berinteraksi secara efektif. Tujuan paling utama dari terapi ini agar anak dengan Autisme punya kemampuan berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal.Â
-
Terapi MusikÂ
Musik menjadi salah satu terapi yang baik bagi anak dengan Autisme. Terlebih, anak dengan Autisme lebih efektif dalam mengekspresikan diri melalui musik. Terapi ini dapat meningkatkan kreativitas anak serta mengatasi kesulitan anak dalam berkomunikasi. Â
Terapi musik menggunakan berbagai elemen musik seperti ritme, melodi, harmoni, dan lain sebagainya. Intervensi dalam musik meliputi mendengarkan musik, penyanyi, memainkan alat musik, membuat musik, dan berdansa.Â
Terapi-terapi ini bisa dikombinasikan berdasarkan kebutuhan anak. Seringkali, kombinasi dari berbagai jenis terapi bisa memberikan pendekatan terbaik untuk memaksimalkan perkembangan anak dan mencapai potensi sejati mereka. Penting untuk bekerja sama dengan tim terapis yang berpengalaman dan merencanakan program terapi yang sesuai dengan kebutuhan individu anak.