5 Hal yang Orang Tua Harus Paham Saat Anak dengan Autisme Pubertas
Setiap anak, termasuk anak dengan Autisme, pasti mengalami proses pubertas. Salah satu fase yang anak dengan Autisme lalui adalah masa remaja. Di masa remaja, anak dengan Autisme akan mengalami masa puber.
Masa Pubertas adalah masa di mana anak laki-laki dan anak perempuan berubah. Berubah di sini adalah berubah secara fisik, mental, dan emosional. Bagi anak dengan Autisme, periode pubertas ini bisa jadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Orang tua harus menghadapi sikap anak yang “labil” dan berubah-ubah. Ada lima hal yang harus orang tua pahami tentang anak saat memasuki masa pubertas.
Perubahan Fisiologis
Pada umumnya, pubertas membawa perubahan fisiologis. Bagi anak dengan Autisme, periode pubertas bisa memperkuat kepekaan terhadap rangsangan. Akibatnya, anak jadi lebih rentan secara emosional. Misalnya, Ananda mungkin jadi lebih moody dan sensitif. Ananda juga akan lebih peka kalau dia berbeda dari yang lain. Ada banyak kemungkinan yang terjadi tergantung anak tersebut.
Mungkin dalam waktu tertentu, orang tua akan sulit memahami kondisi Ananda. Tetapi, periode pubertas bisa membuat orang tua belajar untuk lebih memahami Ananda. Selama kita memahami, dan selalu komunikasi dengan anak, periode ini bisa dilalui dengan baik.
Perubahan emosional dan sosial
Pada masa pubertas, tantangan terbesarnya ada di aspek sosial dan emosional. Studi menemukan kalau remaja dan dewasa muda dengan Autisme jauh lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan (kurang lebih tiga kali lipat). Bahkan, riset menemukan kalau anak dengan Autisme lebih mungkin melakukan percobaan bunuh diri. Tentunya ada variasi tantangan emosi tergantung anak.
Sedangkan, dari sisi sosial, anak dengan Autisme mulai menumbuhkan empati. Keinginan untuk diterima oleh teman-temannya jadi lebih kuat. Tetapi, anak dengan Autisme kesulitan untuk membaca tanda sosial. Penting bagi orang tua untuk memberi dukungan yang kuat agar tantangan ini teratasi.
Lebih peka
Masa pubertas membuat kepekaan anak dengan Autisme jadi lebih kuat. Karena jadi lebih kuat, anak dengan Autisme jadi lebih rentan mengalami kelebihan sensori. Akibatnya, Ananda lebih sering tantrum karena tidak nyaman dengan kelebihan sensori. Ananda hanya ingin mengurangi kadar sensori yang berlebih.
Agar anak tidak mengalami kelebihan sensori, beberapa dukungan perlu diberikan. Seperti mengkondisikan lingkungan ramah sensori dan mengajarkan teknik regulasi agar anak tidak sering tantrum. Pendekatannya pun juga harus lebih lembut supaya Anandan nyaman.
Lebih sadar akan lawan jenis
Salah satu perkembangan penting Ananda di periode pubertas adalah mereka lebih sadar akan lawan jenis dan seksual. Ananda lebih menyadari perbedaan-perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan. Tetapi, Ananda belum memahami tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Kita perlu memberikan pendidikan seksual kepada anak. Pendidikan seksual penting agar Ananda lebih memahami soal tubuh perempuan dan tubuh laki-laki. Selain itu, Ananda juga perlu dikasih pemahaman tentang etika menyentuh organ vital mereka, batasan pribadi, dan hubungan yang sehat. Lakukan dengan bantuan visual agar lebih memudahkan.
Kebersihan diri jadi penting
Ketika Ananda melalui masa pubertas, ada kebutuhan agar Ananda mampu merawat diri sendiri. Merawat diri sendiri termasuk mengajarkan konsep bau badan, menggunakan pakaian yang tepat, serta kebiasaan membersihkan diri. Pubertas menjadi masa yang tepat untuk perlahan mengajarkan konsep manajemen diri.
Mengajarkan konsep ini harus perlahan, serta dengan cara yang mudah dimengerti. Misalnya dengan membuat jadwal rutin untuk membersihkan diri. Entah itu di pagi hari ataupun malam hari. Orang tua juga harus menjadi contoh bagi anak dengan mempraktikkan keseharian yang ingin diajarkan. Dengan begitu, anak pun jadi memiliki role model.
Melalui masa pubertas anak dengan Autisme membutuhkan pemahaman akan emosi Ananda. Yang paling penting adalah kesabaran untuk senantiasa melalui prosesnya bersama-sama. Orang tua harus selalu memberi dukungan dan intervensi yang tepat agar anak bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Memang akan ada roller coaster emosi dalam perjalanannya. Terkadang orang tua akan lelah menghadapi tingkah laku Ananda. Namun, ini hanya sementara, asal kita membantu mereka menavigasi tahap yang kompleks ini dengan percaya diri dan ketangguhan