Mendidik Naufal Merupakan Pembelajaran Seumur Hidup
Saya memiliki anak dengan Autisme yang kini berusia 28 tahun, yaitu Muhammad Naufal Rangkuti. Dia terdiagnosa autisme dan ADHD. Kami berjuang untuk membesarkan dan mendidik Naufal agar dia bisa mandiri.
Perjuangan Meraih Pendidikan
Perjuangan agar Naufal mendapat pendidikan yang layak penuh dengan tantangan. Saya, sebagai orang tua, harus menghadapi realita bahwa Naufal harus sering berpindah sekolah sejak dari TK hingga perguruan tinggi.
Alasan kepindahannya pun sebenarnya karena Naufal ingin mencari sekolah yang membuat dia nyaman. Dan dia punya standar sendiri untuk itu. Naufal ingin mencari sekolah yang minim situasi dan kondisi yang bisa membuatnya sakit hati dan tersinggung, baik oleh teman maupun guru di sekolah.
Seringnya Naufal berpindah sekolah berdampak kepada sisi finansial keluarga karena tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk mencari sekolah yang Naufal inginkan.
Mencari Minat dan Bakat
Selain berupaya mencari sekolah yang tepat, setiap hari saya harus belajar menganalisa dan memahami perilaku Naufal. Saya banyak membaca buku dan artikel, mengikuti acara parenting, dan bergaul dengan komunitas untuk berbagi dan mendapatkan pengalaman positif.
Saya pun melakukan beberapa hal lainnya agar saya bisa menemukan minat dan bakat Naufal, antara lain:
- Konsultasi dengan psikolog dari keilmuannya
- Lakukan test IQ dan finger test agar saya mengetahui potensi Naufal.
- Mengikuti keinginan Naufal untuk les gambar, les musik, jadi foto model, ikut sekolah acting, mendesain baju dan kaos, belajar jualan, menjadi penulis, bertani dan yang terakhir adalah voice over.
Setelah saya mengetahui potensi Naufal adalah menjadi voice over, kami terus membimbingnya. Kami juga menjelaskan bahwa Naufal bisa mencari jalur penghasilan selain voice over karena voice over adalah bidang jasa yang bisa muncul dan tenggelam seberjalanannya waktu.
Dari pekerjaan yang Naufal geluti saat ini sebagai voice over, alhamdulillah Naufal sudah bisa membangunkan saya rumah tinggal. Naufal memberikan uang 250 juta kepada saya untuk membangun rumah kecil di lahan tanah yang memadai untuk kami tinggal. Naufal tidak ingin melihat orang tuanya hidup dalam situasi mengontrak.
Pembelajaran Seumur Hidup
Yang tidak kalah penting adalah kami juga menjaga irama emosinya. Dalam menjaga irama emosinya, saya membangun komunikasi yang intensif dengan Naufal. Pola yang saya bangun adalah ketika Naufal pada posisi emosi yang sedang stabil, saya sering mengajak Naufal berdiskusi tentang arti kehidupan seperti dari mana kita? Siapa kita? Untuk apa kita hidup? Dan lain-lain.
Saya banyak mengajarkan kemandirian kepada Naufal di saat emosinya dalam keadaan stabil. Saya menjaga komunikasi terbuka, terutama berbicara dari hati ke hati, karena itu sangat penting untuk perkembangan Naufal.
Sebagai orang tua, saya harus sangat sabar. Saya terus menjaga pemikiran bahwa hadirnya Naufal dalam kehidupan saya dan suami adalah anugerah yang Tuhan berikan untuk kami. Naufal juga menjadi sumber ilmu yang luar biasa bagi keluarga.
Dari perilaku Naufal dalam kehidupan sehari-hari, kami belajar banyak tentang:
- Memahami bahwa tidak ada ciptaan Tuhan yang salah
- Melatih kami sebagai orang untuk ikhlas dan sabar
- Melalui anak kita yang terdiagnosa Autisme, Tuhan akan sebarkan karcis-karcis ke surga bagi orang tua dan keluarganya asal kita ikhlas dan sabar dalam membersamai anak dengan Autisme yang kontrol emosinya lemah, kadang ego tinggi, tapi juga sensitif dan sering baper juga mengalami kecemasan.
Berbekal pengalaman ini, saya pun juga mengajak keluarga dan lingkungan sosial lainnya untuk merubah pola pikir bahwa:
- Tuhan tidak pernah ciptakan yang tidak baik
- Anak itu titipan yang harus kita jaga jika ingin disayang Tuhan
- Mereka hadir ke dunia ini juga punya tujuan
- Tekankan cinta, kasih sayang, dan saling memahami agar bisa bekerja sama
- Terimalah kehadiran anak dengan Autisme dengan CINTA karena Tuhan mengetahui yang terbaik untuk makhluknya
- Anak dengan Autisme memberi warna dalam kehidupan kita
Saat ini, Naufal berhasil meraih beasiswa S2 dari LPDP. Dia menempuh kuliah jurusan Bahasa Inggris di salah satu universitas di Bandung.
Semoga tulisan dan cerita saya bisa bermanfaat buat orang tua. Saya berharap orang tua di luar sana tidak menyerah dan putus asa. Tetap semangat untuk para orang tua hebat!
Penulis adalah Listarsiyah, Ibu dari Muhammad Naufal Rangkuti.
Maa Syaa Allah
Alhamdulillah, wasyukrulillah, wani’matillah.
Saya selaku Ayahnya Naufal selalu meyakini bahwa tidak ada yang kebetulan di dalam kehidupan kita.
Naufal juga ke-3 adiknya (Salma, Aflah dan Bernita) merupakan anugerah sekaligus amanah yang Allah titipkan kepada kami.
Saya bersyukur dan berbahagia dipertemukan dengan sosok perempuan bernama Listarsiyah, Bundanya Naufal.
Kami akan terus melangkah sampai kelak mautlah yang akan memisahkan kami.
Wassalam,
Dharma Azrevi Rangkuti
Ayahnya Naufal
081321396931